tag:blogger.com,1999:blog-70078490054905970882024-03-20T00:06:29.168-07:00Pesona Music Aceh Pesona Music Acehhttp://www.blogger.com/profile/09228450734534707521noreply@blogger.comBlogger3125tag:blogger.com,1999:blog-7007849005490597088.post-88496714627307400522013-11-01T10:49:00.001-07:002013-11-01T11:02:21.171-07:00Sejarah Berdirinya Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh<div id="section">
<div id="column-wrap">
<div id="headgal">
<div id="main-content">
<div id="content" style="padding-right: 0 !important;">
<div class="section widget_text">
<div class="post">
<h2>
Sejarah Berdirinya Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh</h2>
<div class="entry">
<div style="text-align: justify;">
<a href="http://atjehlink.com/sejarah-berdirinya-masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh/masjid-raya-baiturrahman-3/" rel="attachment wp-att-20726" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" class="alignleft size-full wp-image-20726" height="276" src="http://atjehlink.com/wp-content/uploads/2012/09/masjid-raya-baiturrahman.3.jpg" title="masjid raya baiturrahman.3" width="400" /></a>Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, merupakan Masjid yang memiliki
lembaran sejarah tersendiri, Masjid ini berada tepat di jantung kota
Banda Aceh, Propinsi Aceh.</div>
<div style="text-align: justify;">
Nama Masjid Raya Baiturrahman ini
berasal dari nama Masjid Raya yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda
pada tahun 1022 H/1612 M. Mesjid raya ini memang pertama kali dibangun
oleh pemerintahan Sultan Iskandar Muda, namun telah terbakar habis pada
agresi tentara Belanda kedua pada bulan shafar 1290/April 1873 M,
dimana dalam peristiwa tersebut tewas Mayjen Khohler yang kemudian
diabadikan tempat tertembaknya pada sebuah monumen kecil dibawah pohon
ketapang/geulumpang dekat pintu masuk sebelah utara mesjid.<br />
<a name='more'></a></div>
<div style="text-align: justify;">
Empat tahun setelah Masjid Raya Baiturrahman itu terbakar, pada
pertengahan shafar 1294 H/Maret 1877 M, dengan mengulangi janji jenderal
Van Sweiten, maka Gubernur Jenderal Van Lansberge menyatakan akan
membangun kembali Masjid Raya Baiturrahman yang telah terbakar itu.
Pernyataan ini diumumkan setelah diadakan permusyawaratan dengan
kepala-kepala Negeri sekitar Banda Aceh. Dimana disimpulkan bahwa
pengaruh Masjid sangat besar kesannya bagi rakyat Aceh yang 100%
beragama Islam.<br />
Janji tersebut dilaksanakan oleh Jenderal Mayor Vander selaku
Gubernur Militer Aceh pada waktu itu. Dan tepat pada hari Kamis 13
Syawal 1296 H/9 Oktober 1879 M, diletakan batu pertamanya yang diwakili
oleh Tengku Qadhi Malikul Adil. Masjid Raya Baiturrahman ini siap
dibangun kembali pada tahun 1299 Hijriyah bersamaan dengan kubahnya
hanya sebuah saja.<br />
Pada tahun 1935 M, Masjid Raya Baiturrahman ini diperluas bahagian
kanan dan kirinya dengan tambahan dua kubah. Dan pada tahun 1975 M
terjadinya perluasan kembali. Perluasan ini bertambah dua kubah lagi dan
dua buah menara sebelah utara dan selatan. Dengan perluasan kedua ini
Masjid Raya Baiturrahman mempunyai lima kubah dan selesai dekerjakan
dalam tahun 1967 M.<br />
Dalam rangka menyambut Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat
Nasional ke-XII pada tanggal 7 s/d 14 Juni 1981 di Banda Aceh, Masjid
Raya diperindah dengan pelataran, pemasangan klinkers di atas
jalan-jalan dalam pekarangan Masjid Raya. Perbaikan dan penambahan
tempat wudhuk dari porselin dan pemasangan pintu krawang, lampu
chandelier, tulisan kaligrafi ayat-ayat Al-Qur’an dari bahan kuningan,
bagian kubah serta intalasi air mancur di dalam kolam halaman depan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dan pada tahun 1991 M, dimasa Gubernur Ibrahim Hasan terjadi
perluasan kembali yang meliputi halaman depan dan belakang serta
masjidnya itu sendiri. Bagian masjid yang diperluas, meliputi penambahan
dua kubah, bagian lantai masjid tempat shalat, ruang perpustakaan,
ruang tamu, ruang perkantoran, aula dan ruang tempat wudhuk, dan 6 lokal
sekolah. Sedangkan perluasan halaman meliputi, taman dan tempat parkir
serta satu buah menara utama dan dua buah minaret.<br />
Dilihat dari sejarah, Masjid Raya Baiturrahman ini mempunyai nilai
yang tinggi bagi rakyat Aceh, karena sejak Sultan Iskandar Muda sampai
sekarang masih berdiri megah di tengah jantung kota Banda Aceh. Mesjid
Raya ini mempunyai berbagai fungsi selain shalat, yaitu tempat
mengadakan pengajian, perhelatan acara keagamaan seperti maulid Nabi
Besar Muhammad SAW, peringatan 1 Muharram, Musabaqah Tilawatil Qur’an,
tempat berteduh bagi warga kota serta para pendatang dan salah satu
obyek wisata Islami.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada saat terjadi gempa dan tsunami (26 Desember 2004) yang
meluluh-lantakkan sebagian wilayah Aceh, mesjid ini selamat tanpa
kerusakan yang berarti dan banyak warga kota yang selamat di sini.
Kawasan/lingkungan mesjid ini juga dijadikan kawasan syariat Islam, jadi
sebaiknya kita jaga dan jangan dikotori oleh perbuatan-perbuatan yang
melecehkan mesjid serta melanggar syariat Islam. <a href="http://asalasah.blogspot.com/2012/02/sejarah-berdirinya-masjid-raya.html" target="_blank">(http://asalasah.blogspot.com)</a></div>
</div>
</div>
<center style="font-weight: bold;">
</center>
<a href="http://atjehlink.com/sejarah-berdirinya-masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh/">atjehlink</a><br />
<div class="section widget_text">
<div class="textwidget">
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<div id="aside">
<div class="section widget_text">
<div class="textwidget">
</div>
</div>
</div>
<div class="section widget_text">
<div class="textwidget">
</div>
</div>
</div>
<div id="minibars">
<div id="lmb">
</div>
<div id="rmb">
</div>
</div>
</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://atjehlink.com/wp-content/uploads/2013/01/visitaceh.png" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://atjehlink.com/wp-content/uploads/2013/01/visitaceh.png" /></a></div>
<div align="center" id="btm_banner" style="height: 92px; z-index: 9999;">
<div style="height: 3px; text-align: right; width: 980px;">
<img id="closed" src="http://www.voa-islam.com/images/close-icon.png" /><br />
<center>
</center>
</div>
</div>
Pesona Music Acehhttp://www.blogger.com/profile/09228450734534707521noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7007849005490597088.post-77272252654782156542013-11-01T10:45:00.003-07:002013-11-03T21:16:01.170-08:00Era Sultan Iskandar Muda<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa kejayaannya. Menurut seorang penjelajah asal <a href="http://www.blogger.com/null" title="Perancis">Perancis</a> yang tiba pada masa kejayaan Aceh di zaman <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Sultan Iskandar Muda">Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam</a>, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sumatera Timur">Sumatera Timur</a>, hingga Perak di semenanjung Malaysia.
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><a href="http://www.blogger.com/null" title="Aceh">Aceh</a> merupakan salah satu bangsa di pulau Sumatra yang memiliki tradisi militer, dan pernah menjadi bangsa terkuat di Selat Malaka, yang meliputi wilayah <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Sumatra">Sumatra</a> dan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Semenanjung Melayu">Semenanjung Melayu</a>, ketika dibawah kekuasaan Iskandar Muda.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Sultan Iskandar Muda kemudian menikah dengan seorang putri dari <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Kesultanan Pahang">Kesultanan Pahang</a>. Putri ini dikenal dengan nama <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Putroe Phang (halaman belum tersedia)">Putroe Phang</a>.
Konon, karena terlalu cintanya sang Sultan dengan istrinya, Sultan
memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman
Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih
karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang
berbukit-bukit. Oleh karena itu Sultan membangun <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Gunongan">Gunongan</a> untuk mengubati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.</span></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Aceh_melawan_Portugis">Aceh melawan Portugis</span></span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><img alt="" class="thumbimage" height="251" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/5/55/Laksamana_Malahayati.jpg" width="154" />Ketika Kesultanan Samudera Pasai dalam krisis, maka <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Kesultanan Malaka">Kesultanan Malaka</a> yang muncul dibawah <a href="http://www.blogger.com/null" title="Parameswara">Parameswara</a>
(Paramisora) yang berganti nama setelah masuk Islam dengan panggilan
Iskandar Syah. Kerajaan Islam Malaka ini maju pesat sampai pada tahun
1511 ketika Portugis dibawah pimpinan <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Afonso d'Albuquerque (halaman belum tersedia)">Afonso d'Albuquerque</a> dengan armadanya menaklukan Malaka.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Ketika Malaka jatuh ke tangan Portugis, kembali Aceh bangkit dibawah pimpinan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Sultan Ali Mughayat Syah">Sultan Ali Mughayat Syah</a>
(1514-1528). Yang diteruskan oleh Sultan Salahuddin (1528-1537). Sultan
Alauddin Riayat Syahal Kahar (1537-1568). Sultan Ali Riyat Syah
(1568-1573). Sultan Seri Alam (1576. Sultan Muda (1604-1607). Sultan
Iskandar Muda, gelar marhum mahkota alam (1607-1636). Semua serangan
yang dilancarkan pihak Portugis dapat ditangkisnya.</span></div>
<div class="thumb tright" style="text-align: justify;">
<div class="thumbinner" style="width: 156px;">
<span style="color: white;"><br /></span>
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<span style="color: white;"><a class="internal" href="http://www.blogger.com/null" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf20/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></span></div>
<span style="color: white;">Laksamana <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Malahayati">Malahayati</a> dilukis oleh Sayed Dahlan Al-Habsy.</span><br />
<a name='more'></a></div>
</div>
</div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Hubungan_dengan_Barat">Hubungan dengan Barat</span></span></h3>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Inggris">Inggris</span></span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Pada <a href="http://www.blogger.com/null" title="Abad ke-16">abad ke-16</a>, Ratu Inggris, <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Elizabeth I dari Inggris">Elizabeth I</a>, mengirimkan utusannya bernama <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="James Lancester (halaman belum tersedia)">Sir James Lancester</a>
kepada Kerajaan Aceh dan mengirim surat yang ditujukan: "Kepada Saudara
Hamba, Raja Aceh Darussalam." serta seperangkat perhiasan yang tinggi
nilainya. Sultan Aceh kala itu menerima maksud baik "saudarinya" di
Inggris dan mengizinkan Inggris untuk berlabuh dan berdagang di wilayah
kekuasaan Aceh. Bahkan Sultan juga mengirim hadiah-hadiah yang berharga
termasuk sepasang gelang dari batu rubi dan surat yang ditulis di atas
kertas yang halus dengan tinta emas. Sir James pun dianugerahi gelar
"Orang Kaya Putih".</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Sultan Aceh pun membalas surat dari Ratu Elizabeth I. Berikut
cuplikan isi surat Sultan Aceh, yang masih disimpan oleh pemerintah
kerajaan Inggris, tertanggal tahun 1585:</span></div>
<table class="cquote" style="background-color: transparent; border-collapse: collapse; border-style: none; margin: auto 0px; text-align: left;">
<tbody>
<tr>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 35px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: left;" valign="top" width="20"><span style="color: white;">“</span></td>
<td style="padding: 4px 10px;" valign="top"><span style="color: white;">Sayalah sang penguasa perkasa Negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah Aceh dan atas tanah <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Sumatra">Sumatra</a> dan atas seluruh wilayah wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam.</span></td>
<td style="font-family: 'Times New Roman',serif; font-size: 36px; font-weight: bold; padding: 10px; text-align: right;" valign="bottom" width="20"><span style="color: white;">”</span></td>
</tr>
</tbody></table>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Hubungan yang mesra antara Aceh dan Inggris dilanjutkan pada masa Raja <a href="http://www.blogger.com/null" title="James I dari Inggris">James I dari Inggris</a>
dan Skotlandia. Raja James mengirim sebuah meriam sebagai hadiah untuk
Sultan Aceh. Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal
dengan nama Meriam Raja James.</span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Belanda">Belanda</span></span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Selain Kerajaan Inggris, Pangeran <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Maurits dari Nassau (halaman belum tersedia)">Maurits</a> – pendiri <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Dinasti Oranje (halaman belum tersedia)">dinasti Oranje</a>–
juga pernah mengirim surat dengan maksud meminta bantuan Kesultanan
Aceh Darussalam. Sultan menyambut maksud baik mereka dengan mengirimkan
rombongan utusannya ke <a href="http://www.blogger.com/null" title="Belanda">Belanda</a>. Rombongan tersebut dipimpin oleh <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Tuanku Abdul Hamid (halaman belum tersedia)">Tuanku Abdul Hamid</a>.
Dalam kunjungannya Tuanku Abdul Hamid sakit dan akhirnya meninggal
dunia. Ia dimakamkan secara besar-besaran di Belanda dengan dihadiri
oleh para pembesar-pembesar Belanda. Namun karena orang Belanda belum
pernah memakamkan orang Islam, maka beliau dimakamkan dengan cara agama <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Nasrani">Nasrani</a> di pekarangan sebuah gereja. Kini di makam beliau terdapat sebuah prasasti yang diresmikan oleh Mendiang Yang Mulia <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bernhard dari Belanda">Pangeran Bernhard</a> suami mendiang <a href="http://www.blogger.com/null" title="Juliana dari Belanda">Ratu Juliana</a> dan Ayah Yang Mulia <a href="http://www.blogger.com/null" title="Beatrix dari Belanda">Ratu Beatrix</a>.</span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Utsmaniyah">Utsmaniyah</span></span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Pada masa Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mengirim utusannya untuk menghadap <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Sultan Utsmaniyah">Sultan Utsmaniyah</a> yang berkedudukan di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Istanbul">Istanbul</a>.
Karena saat itu Sultan Utsmaniyah sedang gering maka utusan Kerajaan
Aceh terluntang-lantung demikian lamanya sehingga mereka harus menjual
sedikit demi sedikit hadiah persembahan untuk kelangsungan hidup mereka.
Lalu pada akhirnya ketika mereka diterima oleh sang Sultan, persembahan
mereka hanya tinggal Lada Sicupak atau Lada sekarung. Namun sang Sultan
menyambut baik hadiah itu dan mengirimkan sebuah meriam dan beberapa
orang yang cakap dalam ilmu perang untuk membantu kerajaan Aceh. Meriam
tersebut pula masih ada hingga kini dikenal dengan nama Meriam Lada
Sicupak. Pada masa selanjutnya Sultan Utsmaniyah mengirimkan sebuah
bintang jasa kepada Sultan Aceh.meriam tersebut menurut informasi kini
berada di desa Blang Balok kecamatan peureulak (sumber MAA Atim)</span></div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Perancis">Perancis</span></span></h4>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Kerajaan Aceh juga menerima kunjungan utusan Kerajaan Perancis.
Utusan Raja Perancis tersebut semula bermaksud menghadiahkan sebuah
cermin yang sangat berharga bagi Sultan Aceh. Namun dalam perjalanan
cermin tersebut pecah. Akhirnya mereka mempersembahkan serpihan cermin
tersebut sebagai hadiah bagi sang Sultan. Dalam bukunya, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Denys Lombard">Denys Lombard</a>
mengatakan bahwa Sultan Iskandar Muda amat menggemari benda-benda
berharga. Pada masa itu, Kerajaan Aceh merupakan satu-satunya kerajaan
Melayu yang memiliki Balee Ceureumeen atau Aula Kaca di dalam Istananya.
Menurut Utusan Perancis tersebut, Istana Kesultanan Aceh luasnya tak
kurang dari dua kilometer. Istana tersebut bernama Istana Dalam Darud
Donya (kini Meuligo Aceh, kediaman Gubernur). Di dalamnya meliputi Medan
Khayali dan Medan Khaerani yang mampu menampung 300 ekor pasukan gajah.
Sultan Iskandar Muda juga memerintahkan untuk memindahkan aliran <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Sungai Krueng (halaman belum tersedia)">Sungai Krueng</a>
Aceh hingga mengaliri istananya (sungai ini hingga sekarang masih dapat
dilihat, mengalir tenang di sekitar Meuligoe). Di sanalah sultan acap
kali berenang sambil menjamu tetamu-tetamunya.</span></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Pasca-Sultan_Iskandar_Thani">Pasca-Sultan Iskandar Thani</span></span></h3>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Kerajaan Aceh sepeninggal <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Sultan Iskandar Thani">Sultan Iskandar Thani</a>
mengalami kemunduran yang terus menerus. Hal ini disebabkan kerana
naiknya empat Sultanah berturut-turut sehingga membangkitkan amarah kaum
<a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Ulama Wujudiyah (halaman belum tersedia)">Ulama Wujudiyah</a>. Padahal, Seri Ratu Safiatudin Seri Ta'jul Alam Syah Berdaulat Zilullahil Filalam
yang merupakan Sultanah yang pertama adalah seorang wanita yang amat
cakap. Ia merupakan puteri Sultan Iskandar Muda dan Isteri Sultan
Iskandar Thani. Ia juga menguasai 6 bahasa, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Spanyol">Spanyol</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Belanda">Belanda</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Aceh">Aceh</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Melayu">Melayu</a>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Arab">Arab</a>, dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Persia">Persia</a>.
Saat itu di dalam Parlemen Aceh yang beranggotakan 96 orang, 1/4 di
antaranya adalah wanita. Perlawanan kaum ulama Wujudiyah berlanjut
hingga datang <a href="http://www.blogger.com/null" title="Fatwa">fatwa</a> dari Mufti Besar Mekkah yang menyatakan keberatannya akan seorang <a href="http://www.blogger.com/null" title="Wanita">wanita</a> yang menjadi Sultanah. Akhirnya berakhirlah masa kejayaan wanita di Aceh.</span></div>
<h2 style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><span class="mw-headline" id="Datangnya_pihak_kolonial">Datangnya pihak kolonial</span></span></h2>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Kesultanan Aceh terlibat perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Portugal">Portugal</a>, lalu sejak <a href="http://www.blogger.com/null" title="Abad ke-18">abad ke-18</a> dengan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Britania Raya">Britania Raya</a> (Inggris) dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Belanda">Belanda</a>. Pada akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Kedah">Kedah</a> dan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Pulau Pinang">Pulau Pinang</a> di <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Semenanjung Melayu">Semenanjung Melayu</a> kepada Britania Raya.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Pada tahun <a href="http://www.blogger.com/null" title="1824">1824</a>, <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Perjanjian Britania-Belanda 1824">Perjanjian Britania-Belanda</a> ditandatangani: <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Britania">Britania</a> menyerahkan wilayahnya di <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Sumatra">Sumatra</a> kepada <a href="http://www.blogger.com/null" title="Belanda">Belanda</a>. Pihak Britania mengklaim bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun <a href="http://www.blogger.com/null" title="1871">1871</a>, Britania membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh, kemungkinan untuk mencegah <a href="http://www.blogger.com/null" title="Perancis">Perancis</a> dari mendapatkan kekuasaan di kawasan tersebut.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;">Sumber : wikipedia </span></div>
Pesona Music Acehhttp://www.blogger.com/profile/09228450734534707521noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7007849005490597088.post-13481077553702915872013-11-01T10:41:00.002-07:002013-11-03T21:16:34.859-08:00Sejarah Aceh<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="color: white;"><img border="0" height="249" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNi4wkEHfDxshrf5XLCQTgdDkR0T9s8f0s3QowjQrxh4LCZtHegtvkglDW7w9ZwWWOZtHxBI3W0Sd2JD-HM0pIh5eGZOzNcT3lAHCHCMxTNZ-aYGKnZmHWYmMsBMw7yQMl8fdi-9F8_TU/s320/PETA+KERAJAAN+ACEH+DULU+SEKALI.bmp" width="320" /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="color: white;"><b>Aceh</b> (<a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Belanda">bahasa Belanda</a>: <span lang="nl"><i><b>Atchin</b> atau <b>Acheh</b></i></span>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Inggris">bahasa Inggris</a>: <span lang="en"><i><b>Achin</b></i></span>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Perancis">bahasa Perancis</a>: <span lang="fr"><i><b>Achen</b> atau <b>Acheh</b></i></span>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Arab">bahasa Arab</a>: <span lang="ar" style="font-family: Amiri,sans-serif;"><b>Asyi</b></span>, <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Portugis">bahasa Portugis</a>: <span lang="pt"><i><b>Achen</b> atau <b>Achem</b></i></span>, <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Tionghoa">bahasa Tionghoa</a>: <span lang="zh"><b>A-tsi</b> atau <b>Ache</b></span>) yang sekarang dikenal sebagai provinsi <a href="http://www.blogger.com/null" title="Aceh">Aceh</a> diperkirakan memiliki <i><a href="http://www.blogger.com/null" title="Substrat">substrat</a></i> (lapis bawah) dari <a href="http://www.blogger.com/null" title="Rumpun bahasa Mon-Khmer">rumpun bahasa Mon-Khmer</a> <sup class="reference" id="cite_ref-3">[3]</sup>dengan pembagian daerah bahasa lain seperti bagian selatan menggunakan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Aneuk Jame">bahasa Aneuk Jame</a> sedangkan bagian Tengah, Tenggara, dan Timur menggunakan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Gayo">bahasa Gayo</a> untuk bagian tenggara menggunakan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Alas">bahasa Alas</a> seterusnya bagian timur lebih ke timur lagi menggunakan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Tamiang">bahasa Tamiang</a> demikian dengan kelompok etnis Klut yang berada bagian selatan menggunakan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Kluet">bahasa Klut</a> sedangkan di <a href="http://www.blogger.com/null" title="Simeulue">Simeulue</a> menggunakan <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Simeulue">bahasa Simeulue</a>
akan tetapi masing-masing bahasa setempat tersebut dapat dibagi pula
menjadi dialek. Bahasa Aceh, misalnya, adalah berbicara dengan sedikit
perbedaan di Aceh Besar, di Pidie, dan di Aceh Utara. Demikian pula,
dalam bahasa Gayo ada Gayo Lut, Gayo Deret, dan dialek Gayo Lues dan
kelompok etnis lainnya <a href="http://www.blogger.com/null" title="Singkil, Aceh Singkil">Singkil</a> yang berada bagian tenggara (Tanoh Alas) menggunakan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Bahasa Singkil">bahasa Singkil</a>.
sumber sejarah lainnya </span></div>
<a name='more'></a><span style="color: white;">dapat diperoleh antara lain seperti dari hikayat
Aceh, hikayat rajah Aceh dan hikayat prang sabii yang berasal dari <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sejarah narasi">sejarah narasi</a> yang kemudian umumnya ditulis dalam <a href="http://www.blogger.com/null" title="Naskah">naskah-naskah</a> <a href="http://www.blogger.com/null" title="Aksara">aksara</a> <a class="mw-redirect" href="http://www.blogger.com/null" title="Jawi">Jawi (Jawoe)</a>. Namun sebagaimana kelemahan dari <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sejarah narasi">sejarah narasi</a> yang berdasarkan pinutur ternyata menurut Prof. Ibrahim Alfian bahwa naskah <a class="new" href="http://www.blogger.com/null" title="Hikayat Perang Sabil (halaman belum tersedia)">Hikayat Perang Sabil</a>
mempunyai banyak versi dan satu dengan yang lain terdapat perbedaan
demikian pula dengan naskah Hikayat Perang Sabil versi tahun <a href="http://www.blogger.com/null" title="1710">1710</a> yang berada di perpustakaan <a href="http://www.blogger.com/null" title="Universitas Leiden">Universitas Leiden</a> di negeri <a href="http://www.blogger.com/null" title="Belanda">Belanda</a>.</span><br />
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 202px;">
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<span style="color: white;"><a class="internal" href="http://www.blogger.com/null" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf20/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></span></div>
<span style="color: white;">Rumpun bahasa Mon-Khmer:</span><br />
<span style="color: white;">Bahasa Brao, Bahasa Kreung, Bahasa Tampuan, Bahasa Bunong dan Bahasa Kui.</span></div>
</div>
</div>
<div class="thumb tright">
<div class="thumbinner" style="width: 202px;">
<div class="thumbcaption">
<div class="magnify">
<span style="color: white;"><a class="internal" href="http://www.blogger.com/null" title="Perbesar"><img alt="" height="11" src="http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf20/skins/common/images/magnify-clip.png" width="15" /></a></span></div>
<span style="color: white;"><a href="http://www.blogger.com/null" title="Paleografi">Paleografi</a> rumpun bahasa Mon-Khmer.</span></div>
</div>
</div>
<span style="color: white;">Ada yang percaya bahwa asal-usul orang Aceh adalah "suku Mantir" (atau dalam bahasa Aceh: <i>Mantee</i>)<sup class="reference" id="cite_ref-De_Atjehers_5-0">[</sup>yang dikaitkan dengan "Mantera" di Malaka dan orang berbahasa Mon-Khmer.<sup> </sup>Menurut sumber <a href="http://www.blogger.com/null" title="Sejarah narasi">sejarah narasi</a>
lainnya disebutkan bahwa terutama penduduk Aceh Besar tempat
kediamannya di kampung Seumileuk yang juga disebut kampung Rumoh Dua
Blaih (desa Rumoh 12), letaknya di atas Seulimeum antara kampung Jantho
dengan Tangse. Seumileuk artinya dataran yang luas dan Mantir kemudian
menyebar ke seluruh lembah Aceh tiga segi dan kemudian berpindah-pindah
ke tempat-tempat lain.</span><br />
<br />Pesona Music Acehhttp://www.blogger.com/profile/09228450734534707521noreply@blogger.com0